Mantan TKI Itu Teridentifikasi Mengidap HIV/AIDS

Kamis, 02 Des 2010 05:26:42 WIB | Oleh : Sumarwoto

Sepasang suami istri tampak mendatangi Klinik Layanan Cahaya Pelita, Rumah Sakit Umum Daerah Cilacap, Jawa Tengah, Rabu pagi, meskipun kondisi mereka terlihat sehat.

Setelah melakukan registrasi, pasangan suami istri ini segera memasuki ruang konseling di klinik yang melayani "Voluntary Counseling and Testing (VCT)" ini.

Di ruangan tersebut, pasangan suami istri ini diterima Manajer Kasus Klinik Cahaya Pelita Rubino Sriadji. Namun entah apa yang mereka bicarakan di ruangan itu.

Selang 30 menit kemudian, Rubino Sriadji tampak ke luar dari ruang konseling, sedangkan pasangan suami istri yang dilayaninya telah meninggalkan ruangan melalui pintu lain.

"Mereka menuju Ruang CST (care, support, treatment) RSUD Cilacap," kata Rubino kepada ANTARA.

Ia mengatakan, perempuan tersebut merupakan mantan tenaga kerja wanita asal Kabupaten Cilacap yang teridentifikasi mengidap HIV/AIDS.

Menurut dia, AN (33) mengaku sering merasakan lemas sejak tiga bulan lalu dan setelah dilakukan pemeriksaan, perempuan yang pernah bekerja di Jepang ini diketahui mengidap HIV/AIDS.

Berdasarkan pengakuan AN, kata dia, perempuan ini pernah melakukan hubungan seks bebas saat masih bekerja di Jepang sekitar tiga tahun lalu.

Kendati demikian, dia mengatakan, SR (35) yang merupakan suami kedua AN hingga saat ini masih negatif atau belum tertular HIV/AIDS.

"Apa yang dialami AN hanyalah satu contoh nyata dari sekian banyak kasus tenaga kerja Indonesia asal Kabupaten Cilacap yang teridentifikasi mengidap HIV/AIDS," katanya.

Berdasarkan data Klinik Cahaya Pelita, sebanyak 67 orang penderita HIV/AIDS yang menjadi klien klinik VCT ini merupakan warga Kabupaten Cilacap yang pernah bekerja di luar daerah maupun luar negeri.

"Sebagian besar memang pernah bekerja di luar negeri tetapi kami masukkan mereka ke dalam kelompok urban karena ada yang baru kembali dan ada pula yang pulangnya telah lebih dari lima tahun. Mereka yang telah pulang lebih dari lima tahun ini diketahui pernah bekerja di luar Cilacap," katanya.

Selain itu, kata dia, kadang kala para mantan TKI ini tidak ingat kapan mereka melakukan penyimpangan seksual sehingga tertular HIV/AIDS sehingga ada kemungkinan hal itu dilakukan saat masih di luar negeri maupun di dalam negeri.

Menurut dia, perbuatan yang dilakukan di dalam negeri ini dapat terjadi saat masih berada di penampungan maupun ketika mereka telah kembali dan bekerja di luar wilayah Cilacap.

Meskipun demikian, dia mengatakan, ada pula mantan TKI yang mengakui kalau perbuatan menyimpang tersebut dilakukan saat berada di luar negeri dengan sesama warga negara Indonesia.

"Berdasarkan catatan kami, dari 67 orang itu 17 orang di antaranya merupakan mantan TKI yang baru kembali ke Cilacap. Sisanya telah lama kembali dari luar negeri dan pernah bekerja di sejumlah kota di Indonesia," katanya.

Ia mengatakan, ke-67 mantan tenaga kerja yang menderita HIV/AIDS ini terdiri 30 orang laki-laki dan 67 orang perempuan.

Bahkan, kata dia, beberapa orang di antaranya telah menikah dan mempunyai anak.

"Saat ini kami terus memantau dua pasangan suami istri yang semuanya merupakan mantan TKI. Masing-masing pasangan ini memiliki satu anak yang telah tertular HIV/AIDS," katanya.

Ia mengatakan, sebenarnya ada dua pasangan suami istri yang diduga menderita HIV/AIDS tetapi hingga saat ini belum terjangkau oleh Klinik Cahaya Pelita.

Menurut dia, banyaknya kasus HIV/AIDS yang diderita mantan TKI ini menarik perhatian Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI (BP3TKI) Provinsi Jawa Tengah.

"BP3TKI pernah datang ke klinik dan berencana menjalin kerja sama dengan kami terkait penanganan kasus tersebut," katanya.


Upayakan Advokasi
Tingginya kasus HIV/AIDS di Kabupaten Cilacap yang berdasarkan data Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Cilacap per September 2010 yang mencapai 236 kasus HIV/AIDS terdiri 179 kasus HIV dan 57 positif AIDS, telah memosisikan kabupaten ini pada peringkat keempat di Jawa Tengah atau melonjak dari tahun sebelumnya yang berada pada peringkat 12.

Kendati demikian, Rubino mengatakan, tingginya kasus HIV/AIDS yang terungkap menunjukkan semakin tingginya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri ke klinik VCT.

Akan tetapi menurut dia, kasus HIV/AIDS justru menimbulkan permasalahan tersendiri karena orang yang "benar-benar" menjadi korban seakan kurang mendapat perhatian.

Hal yang sama juga disampaikan Ketua Layanan Klinik Cahaya Pelita, M Chozin Sungaidi. Menurut dia, selama ini yang selalu mendapat perhatian sebagai korban HIV/AIDS adalah mereka yang sebenarnya merupakan pelaku penyimpangan seksual maupun pengguna narkoba.

"Padahal para ibu rumah tangga dan anak-anak yang tertular HIV/AIDS juga merupakan korban tetapi mereka seakan kurang mendapat perhatian," katanya.

Oleh karena itu, dia mengharapkan pemerintah dapat membuat regulasi berupa perlindungan bagi masyarakat yang benar-benar menjadi korban HIV/AIDS (ibu rumah tangga dan anak-anak, red.).

Menurut dia, tidak jarang anak-anak yang mengidap HIV/AIDS kesulitan untuk menempuh pendidikan di bangku sekolah.

"Saat ini kami berupaya memberikan advokasi kepada mereka (ibu rumah tangga dan anak-anak penderita HIV/AIDS). Bahkan, informasi yang kami terima, dari Ikatan Istri Dokter Indonesia akan menjadikan anak-anak penderita HIV/AIDS di Cilacap sebagai anak asuh," katanya.

Disinggung mengenai jumlah anak di Kabupaten Cilacap yang tertular HIV/AIDS, dia mengatakan, hingga saat ini tercatat tujuh orang tetapi tiga di antaranya telah meninggal dunia.

"Kami saat ini juga sedang menyiapkan proses persalinan seorang wanita yang diketahui menderita HIV/AIDS. Untuk itu, kami segera membentuk tim dokter untuk menangani persalinan tersebut," kata dia yang juga Wakil Direktur Bidang Pelayanan RSUD Cilacap.

Menurut dia, wanita yang diperkirakan akan melahirkan tiga bulan lagi ini merupakan mantan TKI yang telah berada dalam pantauan Klinik Cahaya Pelita.

"Persalinan ini merupakan yang kedua dialami wanita tersebut dari pernikahan keduanya. Anak pertama dari suami pertamanya yang telah meninggal dunia itu juga tertular HIV/AIDS," katanya.



Berikan Pembekalan
Sementara itu, Sekretaris KPA Kabupaten Cilacap Sarjono mengaku prihatin terhadap tingginya kasus HIV/AIDS yang menimpa para mantan TKI asal Cilacap.

Terkait hal itu, dia mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Cilacap maupun Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI Provinsi Jawa Tengah terkait kasus tersebut.

Dalam hal ini, kata dia, KPA bersama dua instansi tersebut maupun lembaga swadaya masyarakat (LSM) pendamping berupaya memberikan pembekalan mengenai HIV/AIDS kepada para calon TKI sebelum diberangkatkan ke luar negeri khususnya yang bekerja di sektor informal.

"Itu (pembekalan) kami lakukan secara rutin di tempat penampungan calon TKI," katanya.

Secara terpisah, Kepala Bidang Pembinaan Penempatan dan Pelatihan Produktivitas (Bina Penta dan Lattas) Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Cilacap Sutiknyo mengatakan, pihaknya bersama perusahaan penempatan tenaga kerja Indonesia swasta (PPTKIS) telah berupaya memberikan pembekalan mengenai HIV/AIDS kepada para calon TKI.

"Pembekalan ini juga diberikan sebagai materi pelajaran bagi calon TKI saat berada di Balai Latihan Kerja Luar Negeri (BLKLN) Cilacap. Kami bekerja sama dengan KPA untuk memberikan pembekalan tersebut sehingga para calon TKI ini dapat menghindari hal-hal yang mengakibatkan penularan HIV/AIDS," katanya. (http://www.antarajateng.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar