Kamis, 07 Apr 2011 12:20:33
Oleh : Sumarwoto / M Hari Atmoko
Hari Sabtu, 2 April 2011, pukul 04.25 WIB, sebagian warga Kota Cilacap dikejutkan oleh suara ledakan yang disertai kobaran api dari arah Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap.
Warga sekitar Pertamina RU IV Cilacap pun menjadi panik setelah mengetahui adanya kebakaran di kilang minyak terbesar di Indonesia ini.
Kejadian tersebut mengingatkan mereka pada peristiwa yang terjadi pada 24 Oktober 1995 di mana tujuh tangki bahan bakar minyak (BBM) di kompleks Pertamina RU IV Cilacap terbakar akibat tersambar petir dan proses pemadamannya membutuhkan waktu sekitar satu minggu.
Selain itu, sejumlah kebakaran kecil yang oleh Pertamina disebut sebagai "flashing" juga sering kali terjadi.
Di antara sekian banyak kebakaran kecil yang pernah terjadi, satu peristiwa yang cukup menonjol terjadi pada 9 April 2008 karena mengakibatkan tewasnya dua orang pekerja "outsourcing" dan dua pekerja lainnya mengalami luka bakar.
Peristiwa tersebut terjadi di area "Fuel Oil Complex (FOC) I" ketika sedang dilakukan pemeliharaan rutin pada "Fin Fan Cooller" (alat pendingin, red.).
Terkait musibah yang terjadi pada awal April 2011, ledakan yang disusul kobaran api di tangki 32 T-2 terjadi pada pukul 04.55 WIB meskipun masyarakat sekitar menyatakan pukul 04.25 WIB.
"Kebakaran tersebut terjadi pukul 04.55 WIB di tangki 31 T-2 yang berisi minyak ringan HMOC (High Octane Mogas Component) atau minyak ringan yang digunakan untuk meningkatkan angka oktan pada premium," kata Public Relations Section Head Pertamina RU IV Cilacap, Kurdi Susanto, di Cilacap.
Menurut dia, kebakaran tersebut tidak mengganggu proses produksi bahan bakar minyak di kilang RU IV.
"Proses produksi tetap berjalan dan tangki di sekitar kebakaran sudah kita dinginkan dan dikosongkan," katanya.
Akan tetapi pada Sabtu siang, kebakaran yang terjadi di tangki 31 T-2 merambat ke tangki 31 T-3 yang hingga akhirnya turut terbakar akibat kencangnya tiupan angin di sekitar tempat itu.
Malam harinya, kebakaran tersebut merambat ke tangki 31 T-7 hingga akhirnya turut terbakar.
Berbagai upaya pun dilakukan Pertamina untuk memadamkan api dan menyelamatkan tangki 32 T-104 yang konon berisi nafta serta jika turut terbakar dan meledak, dampaknya sangat berbahaya.
Puluhan personel pemadam kebakaran dari berbagai lokasi Pertamina di Indonesia pun diterjunkan untuk menjinakkan si jago merah tersebut.
Upaya tersebut juga mendapat dukungan sekitar 14 unit mobil pemadam dari berbagai instansi selain dari Pertamina sendiri, antara lain dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, PT Holcim Indonesia Pabrik Cilacap, dan PT Sumber Segara Prima (pengelola PLTU Karangkandri Cilacap, red.).
Tim pemadam ini berupaya memadamkan api tangki yang terbakar dan menyelamatkan tangki 32 T-104 dengan menembakkan air yang dicampur "foam".
Api yang membakar tangki 31 T-2 dan tangki 31 T-3 akhirnya bisa dipadamkan pada Minggu (3/4), pukul 19.00 WIB, sementara upaya pemadaman tangki 31 T-7 dan penyelamatan tangki 32 T-104 terus dilakukan.
Pertamina pada hari Selasa (5/4) menyatakan jika kebakaran di tangki 31 T-7 telah padam pada pukul 10.35 WIB.
Akan tetapi pada pukul 12.00 WIB, kobaran api yang cukup besar kembali muncul dari tangki 31 T-7 sehingga warga sekitar Pertamina RU IV Cilacap pun diungsikan.
Manajer Media PT Pertamina (Persero), Wianda Pusponegoro mengatakan, angin yang cukup kencang membuat fluida panas yang tersisa di dalam tangki 31 T-7 memecah "foam" yang sudah menutupi permukaan fluida sehingga kobaran api kembali terjadi di tangki tersebut pada pukul 12.00 WIB.
Api yang membakar tangki 31 T-7 dinyatakan pada hari Rabu (6/4), pukul 07.00 WIB, dan secara keseluruhan kebakaran tersebut dinyatakan padam pada pukul 17.00 WIB.
Upaya pemadaman kebakaran di Pertamina RU IV Cilacap ini tak lepas dari peranan tim pemadam gabungan dari berbagai lokasi Pertamina yang memiliki sertifikasi khusus.
"Kami harus memiliki sertifikasi khusus dalam pemadaman kebakaran di kilang," kata seorang anggota pemadam Pertamina pusat, Mahmud Hisbit.
Dia mengakui, dari sekian kali kasus kebakaran di lingkungan Pertamina, kebakaran di Pertamina RU IV Cilacap mempunyai tantangan tersendiri karena apinya sangat besar dan panas serta angin yang sangat kencang.
Kendati demikian, dia bersama ratusan petugas pemadam kebakaran lainnya tidak gentar untuk memadamkan api di tangki 31 T-2, 31 T-3, dan 31 T-7 tersebut.
Bahkan, Ahmad Hisbit bersama rekannya, Beno Cevarizal, sempat menunjukkan kelihaiannya dalam membaca sifat api dan angin.
Mereka berdua nekat naik ke puncak tangki 32 T-104 untuk memantau kondisi tangki 31 T-7 beberapa saat setelah dinyatakan padam pada hari Selasa (5/4), pukul 10.30 WIB.
Setelah mereka turun, api kembali berkobar sangat besar pada pukul 12.00 WIB.
Pekerjaan Rumah
Kini api yang membakar tangki 31 T-2, 31 T-3, dan 31 T-7 Pertamina RU IV Cilacap telah padam.
Akan tetapi, padamnya kebakarannya tersebut masih menyisakan sejumlah pekerjaan rumah ( yang harus diselesaikan oleh Pertamina.
Salah satu pekerjaan yang harus dikerjakan Pertamina adalah memastikan kondisi tangki benar-benar aman agar tim Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) dapat melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dalam upaya untuk mengetahui penyebab kebakaran tersebut.
Manajer Media PT Pertamina (Persero) Wianda Pusponegoro melalui pesan singkat yang diterima ANTARA di Cilacap, Kamis, mengatakan, kondisi tangki saat ini sudah aman.
"Untuk Labfor, saya harus cek dulu," katanya.
Sementara Kepala Kepolisian Resor Cilacap, Ajun Komisaris Besar Polisi Rudi Darmoko mengatakan, Puslabfor masih menunggu rekomendasi dari Pertamina sebelum melakukan olah tempat kejadian perkara di lokasi kebakaran.
"Kami masih menunggu keterangan dari Pertamina, apakah sudah boleh masuk atau belum. Kalau sudah ada rekomendasi dari Pertamina jika semuanya siap, sudah aman, dan tidak ada bahayanya, kami siap masuk," katanya.
Disinggung mengenai para saksi mata yang diminta keterangannya, dia mengatakan, hingga saat ini belum ada penambahan jumlah saksi.
Menurut dia, jumlah saksi yang diminta keterangannya masih sebanyak 22 orang, terdiri beberapa anggota Satuan Pengamanan Objek Vital Polres Cilacap yang saat kejadian sedang bertugas di Pertamina RU IV Cilacap, petugas keamanan Pertamina RU IV, dan masyarakat sekitar yang pertama kali mengetahui adanya kebakaran.
"Kami baru sebatas meminta keterangan kepada para saksi. Keterangan tersebut diperlukan untuk membantu Puslabfor dalam melakukan olah TKP," katanya.
Selain harus melakukan audit untuk mengetahui besarnya kerugian akibat kebakaran, Pertamina bakal menghadapi tuntutan dari warga sekitar terkait kompensasi atas musibah tersebut.
Warga sekitar Pertamina RU IV Cilacap berencana menuntut kompensasi atau ganti rugi atas kebakaran yang dinilai merugikan mereka.
"Saya seorang pengusaha angkutan kota (angkot) yang memiliki garasi tepat berhadapan dengan pintu utama Pertamina. Sejak kebakaran tersebut terjadi, sembilan armada saya tidak bisa beroperasi karena seluruh jalan di sekitar Pertamina ditutup sehingga angkot saya tak bisa keluar masuk," kata Suparman (60).
Selain itu, kata dia, usaha persewaan komputer miliknya yang berlokasi di dekat garasi angkot juga tidak bisa dibuka akibat peristiwa tersebut.
Warga lainnya, Kisroni (50) mengatakan, asap hitam yang dikeluarkan saat terjadinya kebakaran tersebut meninggalkan permasalahan tersendiri.
"Warga di sini banyak yang mengeluhkan batuk-batuk akibat asap hitam tersebut. Baju yang terkena air hujan juga terdapat noda hitam yang sulit dibersihkan," kata dia yang juga Ketua RT 04 RW 01 Kelurahan Lomanis, Kecamatan Cilacap Tengah (lingkungan tersebut merupakan wilayah ring satu bahaya kebakaran Pertamina RU IV Cilacap, red.).
Menurut dia, kebakaran tersebut mengakibatkan aktitas warga sekitar Pertamina menjadi terhambat.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan dalam konferensi pers pascapemadaman, Rabu (6/4), mengatakan, pihaknya akan melakukan evaluasi lebih lanjut.
"Kami terus terang saja baru hari ini (6/4) selesai, tapi kami akan evaluasi nanti dampak lingkungan seperti apa," katanya.
Dia menolak jika proses pemadaman kebakaran di Pertamina RU IV Cilacap terkesan terlambat.
Menurut dia, kebakaran tersebut tidak hanya pada satu tangki tetapi tiga tangki.
"Dengan fasilitas yang seperti itu, 'water management', mengatur suhu, mengatur konten yang ada di dalam tangki, dan arah angin sangat memengaruhi upaya pemadaman," katanya.
Saat ditanya mengapa kebakaran pada tangki 31 T-2 merambat pada tangki lain yang konon telah dikosongkan sejak peristiwa tersebut terjadi, dia mengatakan, hal itu terjadi akibat adanya gangguan pada pipa penyaluran.
"Ketika peristiwa itu terjadi, kami berusaha mengosongkan tangki 31 T-3 dan 31 T-7, tetapi di tengah jalan pipa transportnya sudah tidak layak untuk melakukan transportasi," katanya.
Akan tetapi, dia tidak menyebutkan volume nafta yang tersisa di dalam dua tangki tersebut.
Menurut Karen, kejadian kebakaran di Pertamina Refinery Unit IV Cilacap akan menjadi bahan evaluasi yang berharga.
"Kejadian semacam ini menjadi evaluasi yang sangat berharga bagi kami dalam meningkatkan aspek HSE (Health, Safety and Environment) di setiap lini operasi kami, agar insiden semacam ini tidak terulang kembali," katanya.
Menurut dia, hal ini akan dilakukan karena industri minyak dan gas (migas) penuh risiko sehingga perlu ditata, baik dalam upaya pencegahan, perbaikan sistem, maupun upaya penanggulangan ketika terjadi insiden.
Terkait kebakaran di Pertamina RU IV Cilacap, dia mengatakan, api yang membakar tangki Pertamina RU IV Cilacap dinyatakan benar-benar padam pada pukul 17.00 WIB.
Ia mengatakan, musibah kebakaran di Pertamina Cilacap tidak memengaruhi pasokan bahan bakar minyak (BBM) nasional.
"Kami akan terus berupaya maksimal dan tetap memastikan bahwa pasokan BBM dan distribusi BBM nasional tidak akan terganggu," katanya. (www.antarajateng.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar