Sabtu, 09 Apr 2011 13:29:15
Oleh : Sumarwoto
Peristiwa terbakarnya tangki 31 T-2, 31 T-3, dan 31 T-7 Pertamina Refinery IV Cilacap, Jawa Tengah, menyisakan kenangan tersendiri bagi warga sekitar lokasi kilang minyak terbesar di Indonesia ini.
Berbagai kesedihan, trauma, hingga stres pun bercampur menjadi satu akibat kebakaran yang terjadi pada 2-6 April 2011.
Bahkan, sejumlah agenda warga sekitar Pertamina Refinery (RU) IV Cilacap mengalami penundaan akibat peristiwa tersebut, salah satunya yang dialami H Sudi Affandi.
Pada Kamis, 7 April 2011, seharusnya menjadi hari bahagia bagi keluarga Sudi Affandi yang hendak menggelar pesta pernikahan anak semata wayangnya, Saefudin Aji Subangun, yang menikah dengan Rista Ariyanti.
Akan tetapi, pesta pernikahan yang akan digelar di rumahnya, Jalan MT Haryono Nomor 93 Cilacap ini terpaksa ditunda pelaksanaannya rumah Sudi berada sekitar 70 meter sebelah selatan pintu utama kompleks Pertamina RU IV Cilacap dan termasuk dalam ring satu wilayah bahaya kebakaran tersebut.
"Seharusnya tadi malam (Kamis malam, red.), Pak Sudi menggelar pesta pernikahan anak semata wayangnya. Namun acara tersebut ditunda hingga tanggal 11 April 2011," kata seorang kerabat Sudi, H Jamil, di Cilacap, Jumat.
Menurut dia, penundaan tersebut dilakukan lantaran sebagian ruas Jalan MT Haryono yang berada di ring satu daerah bahaya kebakaran Pertamina RU IV Cilacap ditutup untuk umum sejak 2 April hingga 6 April 2011.
"Persiapan pesta pernikahan termasuk pemasangan tenda biasanya membutuhkan waktu selama empat hari sebelum pelaksanaan. Padahal kemarin jalan ini ditutup," katanya.
Kendati demikian, dia mengatakan, keluarga H Sudi Affandi memaklumi kondisi tersebut sehingga menunda pesta pernikahan anaknya meskipun sebenarnya undangan telah disebarkan.
Menurut dia, perubahan hari H pesta pernikahan tersebut disampaikan keluarga Sudi Affandi kepada orang-orang yang diundangnya melalui telepon maupun nasi "punjungan" (nasi dan lauk sebagai undangan, red.) kepada relasi terdekat.
Sementara itu, H Sudi Affandi mengaku mengalami kerugian jutaan rupiah akibat penundaan pesta pernikahan anak semata wayangnya ini.
"Saya sudah mengeluarkan uang muka untuk pemesanan katering dan pergelaran wayang kulit. Namun karena adanya kebakaran tersebut, pesta pernikahan anak saya terpaksa ditunda," katanya.
Meskipun demikian, dia mengatakan, peristiwa kebakaran di Pertamina diharapkan tidak terulang kembali.
Berbeda dengan Sudi Affandi yang terpaksa menunda pesta pernikahan anaknya, seorang warga Kelurahan Lomanis RT 03 RW 01, Kelurahan Cilacap Tengah, Suparman mengaku sembilan armada angkutan kota miliknya tidak bisa beroperasi akibat kebakaran di Pertamina RU IV Cilacap.
"Saya seorang pengusaha angkot yang memiliki garasi tepat berhadapan dengan pintu utama Pertamina. Sejak kebakaran tersebut terjadi, sembilan armada saya tidak bisa beroperasi karena seluruh jalan di sekitar Pertamina ditutup sehingga angkot saya tak bisa keluar masuk," katanya.
Selain itu, kata dia, usaha persewaan komputer miliknya yang berlokasi di dekat garasi angkot juga tidak bisa dibuka akibat peristiwa tersebut.
Hal yang sama juga dikeluhkan pemilik toko material (yang juga) bernama Suparman.
Menurut dia, toko material miliknya terpaksa ditutup selama kebakaran tersebut terjadi.
"Saya terpaksa menutup toko karena tidak ada pasokan material yang datang akibat ditutupnya sejumlah ruas jalan menuju Pertamina," kata dia yang juga Ketua RT 04 RW 01 Kelurahan Lomanis.
Terkait kebakaran tersebut, dia mengatakan, warga di lingkungan RT yang dipimpinnya merasa terganggu aktivitasnya.
Bahkan, kata dia, tidak sedikit warga yang mengalami gangguan pernafasan sehingga batuk-batuk.
Oleh karena itu, lanjutnya, warga berharap adanya kompensasi dari Pertamina terkait kebakaran tersebut.
Akan tetapi dia tidak menyebutkan kompensasi yang diharapkan warga dari Pertamina.
Sementara itu, pemilik kios "Amin" yang kiosnya berjarak sekitar 50 meter sebelah selatan pintu utama Pertamina RU IV Cilacap, H Jamil mengaku tidak terlalu mengharapkan kompensasi dari Pertamina atas kebakaran tersebut.
"Kebakaran kemarin merupakan sebuah musibah yang tidak bisa dihalang-halangi sehingga saya tidak terlalu mengharapkan adanya kompensasi dari Pertamina. Namun kalau memang Pertamina akan memberikan kompensasi, tidak ada salahnya diterima," katanya.
Ia mengatakan, kebakaran yang terjadi pada awal April ini tidak sebesar peristiwa sambaran petir pada 24 Oktober 1995 yang mengakibatkan terbakarnya tujuh buah tangki berukuran besar.
"Kebakaran tahun 1995 terjadinya di sana," kata dia sembari menunjuk ke arah tangki-tangki yang berada di seberang kiosnya.
Menurut dia, kebakaran pada tahun 1995 tersebut mengakibatkan sebagian besar warga Kota Cilacap mengungsi hingga luar kota, bahkan ada yang menuju Purwokerto.
Ia mengatakan, arus pengungsi besar-besaran tersebut disebabkan adanya isu gas beracun yang muncul akibat kebakaran.
"Kebetulan saat terjadinya kebakaran berbarengan dengan pembangunan kilang Parasilin, yang konon jika meledak, bakal mengeluarkan gas beracun sehingga warga beramai-ramai mengungsi," katanya.
Selain itu, kata dia, ledakan yang menyertai kebakaran di tahun 1995 tersebut mengakibatkan getaran yang sangat kuat sehingga banyak rumah warga yang plafonnya ambrol.
"Sayangnya tidak semua warga yang plafonnya ambrol menerima kompensasi dari Pertamina," katanya.
Lain halnya dengan Suwandi. Meskipun bukan warga sekitar Pertamina, dia mengatakan, seorang rekannya mengalami gangguan jiwa akibat kebakaran yang terjadi pada tahun 1995.
"Saat itu teman saya sedang berdiri menghadap ke arah tangki sehingga melihat dengan jelas sambaran petir yang akhirnya membakar tujuh tangki. Dia pun terdiam seperti orang bengong meskipun teman-temannya menariknya dan hingga sekarang dia masih mengalami gangguan jiwa," katanya.
Siagakan Puskesmas
Terkait kebakaran di Pertamina RU IV Cilacap pada 2-6 April 2011, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cilacap menyiagakan lima puskesmas di wilayah kota selama 24 jam.
"Sebenarnya di wilayah Kota Cilacap ada enam puskesmas, tapi yang disiagakan selama 24 jam hanya lima puskesmas karena yang satu diungsikan pada Sabtu (2/4) malam," kata Kepala Dinkes Cilacap, Bambang Setiyono.
Menurut dia, disiagakannya puskesmas selama 24 jam ini diharapkan dapat melayani keluhan warga yang terkena dampak kebakaran di Pertamina RU IV Cilacap.
Disinggung mengenai kemungkinan adanya pelayanan pengobatan gratis bagi warga yang terkena dampak kebakaran ini, dia mengatakan, hal itu juga telah dilakukan sejak Sabtu malam saat warga sekitar ring satu Pertamina RU IV Cilacap dievakuasi ke sejumlah titik pengungsian.
"Saat itu ada sekitar 600 warga yang mengungsi, tapi pagi harinya mereka pulang ke rumah masing-masing. Kami segera memberikan layanan pengobatan gratis bagi mereka," katanya.
Dalam pengobatan gratis tersebut, kata dia, ada sekitar 80 warga yang mengeluhkan stres dan tekanan darah tingginya naik akibat dikejutkan oleh kebakaran itu.
"Faktor pemicu stres dan tekanan darah tingginya naik ini, antara lain trauma terhadap kejadian serupa yang pernah terjadi pada tahun 1995, warga dikejutkan suara ledakan, melihat api, dan suhu udara terasa panas. Kebanyakan dari mereka sudah berusia lanjut," kata dia menjelaskan.
Ia mengatakan, petugas puskesmas juga melakukan pengobatan secara "jemput bola" dengan mendatangi rumah-rumah warga di sekitar ring satu.
Disinggung ancaman penyakit yang kemungkinan bakal banyak diderita warga akibat menghirup udara yang telah bercampur dengan asap hitam dari kebakaran tersebut, dia mengatakan, ancaman terburuk berupa infeksi saluran pernapasan (ISPA).
Akan tetapi, kata dia, gejala ISPA baru akan terlihat sekitar tiga hari terkontaminasi oleh kualitas udara yang buruk.
"Oleh karena itu, kami mendistibusikan ribuan masker untuk warga di sekitar ring satu, khususnya Kelurahan Donan dan Lomanis, untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya ISPA," katanya.
Sementara itu, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Cilacap meminta Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Pemberantasan Penyakit Menular Yogyakarta untuk melakukan uji kualitas udara dan air di Cilacap pascakebakaran Pertamina.
Sekretaris BLH Kabupaten Cilacap, Chrisna Setyowati mengatakan, pengambilan sampel udara dilakukan pada Selasa (5/4) di Kelurahan Donan, Kelurahan Lomanis, Kelurahan Gumilir, Desa Karangkandri, Desa Slarang, dan Desa Adipala.
Sementara sampel air, kata dia, dilakukan tiga lokasi, yakni Kelurahan Donan, Kelurahan Lomanis, dan Desa Adipala.
"Ada beberapa barometer yang sudah bisa diketahui, tapi ada beberapa barometer yang memerlukan waktu pengujian. Biasanya hasil uji tersebut akan diterima dalam waktu kurang lebih satu minggu, namun kami berharap dapat secepatnya," katanya.
Ia mengatakan, uji kualitas udara tersebut dilakukan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara dan Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2001 tentang Baku Mutu Udara Ambien di Provinsi Jawa Tengah.
"Untuk uji kualitas air mengacu pada PP Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air," katanya.
Disinggung mengenai tindakan yang akan diambil jika ternyata hasil uji menunjukkan bahwa kualitas udara maupun air di Cilacap pascakebakaran Pertamina berada di atas ambang mutu, dia mengatakan, BLH sesuai prosedur akan menyampaikan secara tertulis mengenai permasalahan tersebut agar segera ditindaklanjuti.
"Secara normatif akan dilakukan sesuai aturan,' katanya.
Lakukan Evaluasi
Terkait peristiwa kebakaran tersebut, Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Karen Agustiawan menyatakan, kejadian kebakaran di Pertamina RU IV Cilacap akan menjadi bahan evaluasi yang berharga.
"Kejadian semacam ini menjadi evaluasi yang sangat berharga bagi kami dalam meningkatkan aspek HSE (Health, Safety and Environment) di setiap lini operasi kami, agar insiden semacam ini tidak terulang kembali," kata Karen kepada wartawan, di Cilacap, Rabu (6/4) petang.
Menurut dia, hal ini akan dilakukan karena industri minyak dan gas (migas) penuh risiko sehingga perlu ditata, baik dalam upaya pencegahan, perbaikan sistem, maupun upaya penanggulangan ketika terjadi insiden.
Disinggung mengenai tanggung jawab Pertamina terhadap lingkungan, dia mengatakan, pihaknya akan melakukan evaluasi lebih lanjut.
"Kami terus terang saja baru hari ini selesai, tapi kami akan evaluasi nanti dampak lingkungan seperti apa," kata dia menegaskan.
Dia menolak jika proses pemadaman kebakaran di Pertamina RU IV Cilacap dinilai lambat.
Menurut dia, kebakaran tersebut tidak hanya pada satu tangki tetapi tiga tangki.
"Dengan fasilitas yang seperti itu, 'water management', mengatur suhu, mengatur konten yang ada di dalam tangki, dan arah angin sangat memengaruhi upaya pemadaman," katanya.
Saat ditanya mengapa kebakaran pada tangki 31 T-2 merambat pada tangki lain yang konon telah dikosongkan sejak peristiwa tersebut terjadi, dia mengatakan, hal itu terjadi akibat adanya gangguan pada pipa penyaluran.
"Ketika peristiwa itu terjadi, kami berusaha mengosongkan tangki 31 T-3 dan 31 T-7, tetapi di tengah jalan pipa transportnya sudah tidak layak untuk melakukan transportasi," katanya.
Disinggung mengenai pernyataan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Darwin Zahedy Saleh yang menyatakan bahwa jarak antartangki kurang ideal, Karen mengatakan, hal itu disebabkan tangki-tangki yang ini dibangun pada tahun 1974 (sejak pembangunan kilang Pertamina Cilacap, red.).
Menurut dia, pihaknya tidak mungkin mendesain ulang penempatan tangki-tangki di Pertamina RU IV Cilacap.
"Kalau didesain lagi, harus ditutup. Sekarang yang bisa kita lakukan adalah diperbaiki," katanya.
Menteri ESDM Darwin Zahedy Saleh saat mengunjungi lokasi kebakaran, Senin (4/4), mengatakan, kompleks tangki yang terbakar tersebut merupakan yang pertama dibangun di Pertamina Cilacap pada tahun 1974, kompleks tangki kedua tahun 1983, dan ketiga tahun 1989.
"Kalau kita lihat, kilang ini memang terlalu dekat (jarak) antartangki," katanya.
Disinggung mengenai kemungkinan indikasi penyebab kebakaran tersebut karena faktor usia tangki, dia mengatakan, pihaknya tidak ingin menyimpulkan seperti itu karena terlalu sederhana.
"Mengganti yang tua belum tentu benar dan yang tua belum tentu tidak baik," katanya. (www.antarajateng.com)
Tulisan-tulisan yang ada di blog ini merupakan sejumlah artikel yang aku buat untuk lembagaku tercinta, Perum Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA dan telah ditayangkan melalui portal www.antarajateng.com
Kisah Kebakaran Tangki Pertamina Cilacap
Kamis, 07 Apr 2011 12:20:33
Oleh : Sumarwoto / M Hari Atmoko
Hari Sabtu, 2 April 2011, pukul 04.25 WIB, sebagian warga Kota Cilacap dikejutkan oleh suara ledakan yang disertai kobaran api dari arah Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap.
Warga sekitar Pertamina RU IV Cilacap pun menjadi panik setelah mengetahui adanya kebakaran di kilang minyak terbesar di Indonesia ini.
Kejadian tersebut mengingatkan mereka pada peristiwa yang terjadi pada 24 Oktober 1995 di mana tujuh tangki bahan bakar minyak (BBM) di kompleks Pertamina RU IV Cilacap terbakar akibat tersambar petir dan proses pemadamannya membutuhkan waktu sekitar satu minggu.
Selain itu, sejumlah kebakaran kecil yang oleh Pertamina disebut sebagai "flashing" juga sering kali terjadi.
Di antara sekian banyak kebakaran kecil yang pernah terjadi, satu peristiwa yang cukup menonjol terjadi pada 9 April 2008 karena mengakibatkan tewasnya dua orang pekerja "outsourcing" dan dua pekerja lainnya mengalami luka bakar.
Peristiwa tersebut terjadi di area "Fuel Oil Complex (FOC) I" ketika sedang dilakukan pemeliharaan rutin pada "Fin Fan Cooller" (alat pendingin, red.).
Terkait musibah yang terjadi pada awal April 2011, ledakan yang disusul kobaran api di tangki 32 T-2 terjadi pada pukul 04.55 WIB meskipun masyarakat sekitar menyatakan pukul 04.25 WIB.
"Kebakaran tersebut terjadi pukul 04.55 WIB di tangki 31 T-2 yang berisi minyak ringan HMOC (High Octane Mogas Component) atau minyak ringan yang digunakan untuk meningkatkan angka oktan pada premium," kata Public Relations Section Head Pertamina RU IV Cilacap, Kurdi Susanto, di Cilacap.
Menurut dia, kebakaran tersebut tidak mengganggu proses produksi bahan bakar minyak di kilang RU IV.
"Proses produksi tetap berjalan dan tangki di sekitar kebakaran sudah kita dinginkan dan dikosongkan," katanya.
Akan tetapi pada Sabtu siang, kebakaran yang terjadi di tangki 31 T-2 merambat ke tangki 31 T-3 yang hingga akhirnya turut terbakar akibat kencangnya tiupan angin di sekitar tempat itu.
Malam harinya, kebakaran tersebut merambat ke tangki 31 T-7 hingga akhirnya turut terbakar.
Berbagai upaya pun dilakukan Pertamina untuk memadamkan api dan menyelamatkan tangki 32 T-104 yang konon berisi nafta serta jika turut terbakar dan meledak, dampaknya sangat berbahaya.
Puluhan personel pemadam kebakaran dari berbagai lokasi Pertamina di Indonesia pun diterjunkan untuk menjinakkan si jago merah tersebut.
Upaya tersebut juga mendapat dukungan sekitar 14 unit mobil pemadam dari berbagai instansi selain dari Pertamina sendiri, antara lain dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, PT Holcim Indonesia Pabrik Cilacap, dan PT Sumber Segara Prima (pengelola PLTU Karangkandri Cilacap, red.).
Tim pemadam ini berupaya memadamkan api tangki yang terbakar dan menyelamatkan tangki 32 T-104 dengan menembakkan air yang dicampur "foam".
Api yang membakar tangki 31 T-2 dan tangki 31 T-3 akhirnya bisa dipadamkan pada Minggu (3/4), pukul 19.00 WIB, sementara upaya pemadaman tangki 31 T-7 dan penyelamatan tangki 32 T-104 terus dilakukan.
Pertamina pada hari Selasa (5/4) menyatakan jika kebakaran di tangki 31 T-7 telah padam pada pukul 10.35 WIB.
Akan tetapi pada pukul 12.00 WIB, kobaran api yang cukup besar kembali muncul dari tangki 31 T-7 sehingga warga sekitar Pertamina RU IV Cilacap pun diungsikan.
Manajer Media PT Pertamina (Persero), Wianda Pusponegoro mengatakan, angin yang cukup kencang membuat fluida panas yang tersisa di dalam tangki 31 T-7 memecah "foam" yang sudah menutupi permukaan fluida sehingga kobaran api kembali terjadi di tangki tersebut pada pukul 12.00 WIB.
Api yang membakar tangki 31 T-7 dinyatakan pada hari Rabu (6/4), pukul 07.00 WIB, dan secara keseluruhan kebakaran tersebut dinyatakan padam pada pukul 17.00 WIB.
Upaya pemadaman kebakaran di Pertamina RU IV Cilacap ini tak lepas dari peranan tim pemadam gabungan dari berbagai lokasi Pertamina yang memiliki sertifikasi khusus.
"Kami harus memiliki sertifikasi khusus dalam pemadaman kebakaran di kilang," kata seorang anggota pemadam Pertamina pusat, Mahmud Hisbit.
Dia mengakui, dari sekian kali kasus kebakaran di lingkungan Pertamina, kebakaran di Pertamina RU IV Cilacap mempunyai tantangan tersendiri karena apinya sangat besar dan panas serta angin yang sangat kencang.
Kendati demikian, dia bersama ratusan petugas pemadam kebakaran lainnya tidak gentar untuk memadamkan api di tangki 31 T-2, 31 T-3, dan 31 T-7 tersebut.
Bahkan, Ahmad Hisbit bersama rekannya, Beno Cevarizal, sempat menunjukkan kelihaiannya dalam membaca sifat api dan angin.
Mereka berdua nekat naik ke puncak tangki 32 T-104 untuk memantau kondisi tangki 31 T-7 beberapa saat setelah dinyatakan padam pada hari Selasa (5/4), pukul 10.30 WIB.
Setelah mereka turun, api kembali berkobar sangat besar pada pukul 12.00 WIB.
Pekerjaan Rumah
Kini api yang membakar tangki 31 T-2, 31 T-3, dan 31 T-7 Pertamina RU IV Cilacap telah padam.
Akan tetapi, padamnya kebakarannya tersebut masih menyisakan sejumlah pekerjaan rumah ( yang harus diselesaikan oleh Pertamina.
Salah satu pekerjaan yang harus dikerjakan Pertamina adalah memastikan kondisi tangki benar-benar aman agar tim Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) dapat melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dalam upaya untuk mengetahui penyebab kebakaran tersebut.
Manajer Media PT Pertamina (Persero) Wianda Pusponegoro melalui pesan singkat yang diterima ANTARA di Cilacap, Kamis, mengatakan, kondisi tangki saat ini sudah aman.
"Untuk Labfor, saya harus cek dulu," katanya.
Sementara Kepala Kepolisian Resor Cilacap, Ajun Komisaris Besar Polisi Rudi Darmoko mengatakan, Puslabfor masih menunggu rekomendasi dari Pertamina sebelum melakukan olah tempat kejadian perkara di lokasi kebakaran.
"Kami masih menunggu keterangan dari Pertamina, apakah sudah boleh masuk atau belum. Kalau sudah ada rekomendasi dari Pertamina jika semuanya siap, sudah aman, dan tidak ada bahayanya, kami siap masuk," katanya.
Disinggung mengenai para saksi mata yang diminta keterangannya, dia mengatakan, hingga saat ini belum ada penambahan jumlah saksi.
Menurut dia, jumlah saksi yang diminta keterangannya masih sebanyak 22 orang, terdiri beberapa anggota Satuan Pengamanan Objek Vital Polres Cilacap yang saat kejadian sedang bertugas di Pertamina RU IV Cilacap, petugas keamanan Pertamina RU IV, dan masyarakat sekitar yang pertama kali mengetahui adanya kebakaran.
"Kami baru sebatas meminta keterangan kepada para saksi. Keterangan tersebut diperlukan untuk membantu Puslabfor dalam melakukan olah TKP," katanya.
Selain harus melakukan audit untuk mengetahui besarnya kerugian akibat kebakaran, Pertamina bakal menghadapi tuntutan dari warga sekitar terkait kompensasi atas musibah tersebut.
Warga sekitar Pertamina RU IV Cilacap berencana menuntut kompensasi atau ganti rugi atas kebakaran yang dinilai merugikan mereka.
"Saya seorang pengusaha angkutan kota (angkot) yang memiliki garasi tepat berhadapan dengan pintu utama Pertamina. Sejak kebakaran tersebut terjadi, sembilan armada saya tidak bisa beroperasi karena seluruh jalan di sekitar Pertamina ditutup sehingga angkot saya tak bisa keluar masuk," kata Suparman (60).
Selain itu, kata dia, usaha persewaan komputer miliknya yang berlokasi di dekat garasi angkot juga tidak bisa dibuka akibat peristiwa tersebut.
Warga lainnya, Kisroni (50) mengatakan, asap hitam yang dikeluarkan saat terjadinya kebakaran tersebut meninggalkan permasalahan tersendiri.
"Warga di sini banyak yang mengeluhkan batuk-batuk akibat asap hitam tersebut. Baju yang terkena air hujan juga terdapat noda hitam yang sulit dibersihkan," kata dia yang juga Ketua RT 04 RW 01 Kelurahan Lomanis, Kecamatan Cilacap Tengah (lingkungan tersebut merupakan wilayah ring satu bahaya kebakaran Pertamina RU IV Cilacap, red.).
Menurut dia, kebakaran tersebut mengakibatkan aktitas warga sekitar Pertamina menjadi terhambat.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan dalam konferensi pers pascapemadaman, Rabu (6/4), mengatakan, pihaknya akan melakukan evaluasi lebih lanjut.
"Kami terus terang saja baru hari ini (6/4) selesai, tapi kami akan evaluasi nanti dampak lingkungan seperti apa," katanya.
Dia menolak jika proses pemadaman kebakaran di Pertamina RU IV Cilacap terkesan terlambat.
Menurut dia, kebakaran tersebut tidak hanya pada satu tangki tetapi tiga tangki.
"Dengan fasilitas yang seperti itu, 'water management', mengatur suhu, mengatur konten yang ada di dalam tangki, dan arah angin sangat memengaruhi upaya pemadaman," katanya.
Saat ditanya mengapa kebakaran pada tangki 31 T-2 merambat pada tangki lain yang konon telah dikosongkan sejak peristiwa tersebut terjadi, dia mengatakan, hal itu terjadi akibat adanya gangguan pada pipa penyaluran.
"Ketika peristiwa itu terjadi, kami berusaha mengosongkan tangki 31 T-3 dan 31 T-7, tetapi di tengah jalan pipa transportnya sudah tidak layak untuk melakukan transportasi," katanya.
Akan tetapi, dia tidak menyebutkan volume nafta yang tersisa di dalam dua tangki tersebut.
Menurut Karen, kejadian kebakaran di Pertamina Refinery Unit IV Cilacap akan menjadi bahan evaluasi yang berharga.
"Kejadian semacam ini menjadi evaluasi yang sangat berharga bagi kami dalam meningkatkan aspek HSE (Health, Safety and Environment) di setiap lini operasi kami, agar insiden semacam ini tidak terulang kembali," katanya.
Menurut dia, hal ini akan dilakukan karena industri minyak dan gas (migas) penuh risiko sehingga perlu ditata, baik dalam upaya pencegahan, perbaikan sistem, maupun upaya penanggulangan ketika terjadi insiden.
Terkait kebakaran di Pertamina RU IV Cilacap, dia mengatakan, api yang membakar tangki Pertamina RU IV Cilacap dinyatakan benar-benar padam pada pukul 17.00 WIB.
Ia mengatakan, musibah kebakaran di Pertamina Cilacap tidak memengaruhi pasokan bahan bakar minyak (BBM) nasional.
"Kami akan terus berupaya maksimal dan tetap memastikan bahwa pasokan BBM dan distribusi BBM nasional tidak akan terganggu," katanya. (www.antarajateng.com)
Oleh : Sumarwoto / M Hari Atmoko
Hari Sabtu, 2 April 2011, pukul 04.25 WIB, sebagian warga Kota Cilacap dikejutkan oleh suara ledakan yang disertai kobaran api dari arah Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap.
Warga sekitar Pertamina RU IV Cilacap pun menjadi panik setelah mengetahui adanya kebakaran di kilang minyak terbesar di Indonesia ini.
Kejadian tersebut mengingatkan mereka pada peristiwa yang terjadi pada 24 Oktober 1995 di mana tujuh tangki bahan bakar minyak (BBM) di kompleks Pertamina RU IV Cilacap terbakar akibat tersambar petir dan proses pemadamannya membutuhkan waktu sekitar satu minggu.
Selain itu, sejumlah kebakaran kecil yang oleh Pertamina disebut sebagai "flashing" juga sering kali terjadi.
Di antara sekian banyak kebakaran kecil yang pernah terjadi, satu peristiwa yang cukup menonjol terjadi pada 9 April 2008 karena mengakibatkan tewasnya dua orang pekerja "outsourcing" dan dua pekerja lainnya mengalami luka bakar.
Peristiwa tersebut terjadi di area "Fuel Oil Complex (FOC) I" ketika sedang dilakukan pemeliharaan rutin pada "Fin Fan Cooller" (alat pendingin, red.).
Terkait musibah yang terjadi pada awal April 2011, ledakan yang disusul kobaran api di tangki 32 T-2 terjadi pada pukul 04.55 WIB meskipun masyarakat sekitar menyatakan pukul 04.25 WIB.
"Kebakaran tersebut terjadi pukul 04.55 WIB di tangki 31 T-2 yang berisi minyak ringan HMOC (High Octane Mogas Component) atau minyak ringan yang digunakan untuk meningkatkan angka oktan pada premium," kata Public Relations Section Head Pertamina RU IV Cilacap, Kurdi Susanto, di Cilacap.
Menurut dia, kebakaran tersebut tidak mengganggu proses produksi bahan bakar minyak di kilang RU IV.
"Proses produksi tetap berjalan dan tangki di sekitar kebakaran sudah kita dinginkan dan dikosongkan," katanya.
Akan tetapi pada Sabtu siang, kebakaran yang terjadi di tangki 31 T-2 merambat ke tangki 31 T-3 yang hingga akhirnya turut terbakar akibat kencangnya tiupan angin di sekitar tempat itu.
Malam harinya, kebakaran tersebut merambat ke tangki 31 T-7 hingga akhirnya turut terbakar.
Berbagai upaya pun dilakukan Pertamina untuk memadamkan api dan menyelamatkan tangki 32 T-104 yang konon berisi nafta serta jika turut terbakar dan meledak, dampaknya sangat berbahaya.
Puluhan personel pemadam kebakaran dari berbagai lokasi Pertamina di Indonesia pun diterjunkan untuk menjinakkan si jago merah tersebut.
Upaya tersebut juga mendapat dukungan sekitar 14 unit mobil pemadam dari berbagai instansi selain dari Pertamina sendiri, antara lain dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, PT Holcim Indonesia Pabrik Cilacap, dan PT Sumber Segara Prima (pengelola PLTU Karangkandri Cilacap, red.).
Tim pemadam ini berupaya memadamkan api tangki yang terbakar dan menyelamatkan tangki 32 T-104 dengan menembakkan air yang dicampur "foam".
Api yang membakar tangki 31 T-2 dan tangki 31 T-3 akhirnya bisa dipadamkan pada Minggu (3/4), pukul 19.00 WIB, sementara upaya pemadaman tangki 31 T-7 dan penyelamatan tangki 32 T-104 terus dilakukan.
Pertamina pada hari Selasa (5/4) menyatakan jika kebakaran di tangki 31 T-7 telah padam pada pukul 10.35 WIB.
Akan tetapi pada pukul 12.00 WIB, kobaran api yang cukup besar kembali muncul dari tangki 31 T-7 sehingga warga sekitar Pertamina RU IV Cilacap pun diungsikan.
Manajer Media PT Pertamina (Persero), Wianda Pusponegoro mengatakan, angin yang cukup kencang membuat fluida panas yang tersisa di dalam tangki 31 T-7 memecah "foam" yang sudah menutupi permukaan fluida sehingga kobaran api kembali terjadi di tangki tersebut pada pukul 12.00 WIB.
Api yang membakar tangki 31 T-7 dinyatakan pada hari Rabu (6/4), pukul 07.00 WIB, dan secara keseluruhan kebakaran tersebut dinyatakan padam pada pukul 17.00 WIB.
Upaya pemadaman kebakaran di Pertamina RU IV Cilacap ini tak lepas dari peranan tim pemadam gabungan dari berbagai lokasi Pertamina yang memiliki sertifikasi khusus.
"Kami harus memiliki sertifikasi khusus dalam pemadaman kebakaran di kilang," kata seorang anggota pemadam Pertamina pusat, Mahmud Hisbit.
Dia mengakui, dari sekian kali kasus kebakaran di lingkungan Pertamina, kebakaran di Pertamina RU IV Cilacap mempunyai tantangan tersendiri karena apinya sangat besar dan panas serta angin yang sangat kencang.
Kendati demikian, dia bersama ratusan petugas pemadam kebakaran lainnya tidak gentar untuk memadamkan api di tangki 31 T-2, 31 T-3, dan 31 T-7 tersebut.
Bahkan, Ahmad Hisbit bersama rekannya, Beno Cevarizal, sempat menunjukkan kelihaiannya dalam membaca sifat api dan angin.
Mereka berdua nekat naik ke puncak tangki 32 T-104 untuk memantau kondisi tangki 31 T-7 beberapa saat setelah dinyatakan padam pada hari Selasa (5/4), pukul 10.30 WIB.
Setelah mereka turun, api kembali berkobar sangat besar pada pukul 12.00 WIB.
Pekerjaan Rumah
Kini api yang membakar tangki 31 T-2, 31 T-3, dan 31 T-7 Pertamina RU IV Cilacap telah padam.
Akan tetapi, padamnya kebakarannya tersebut masih menyisakan sejumlah pekerjaan rumah ( yang harus diselesaikan oleh Pertamina.
Salah satu pekerjaan yang harus dikerjakan Pertamina adalah memastikan kondisi tangki benar-benar aman agar tim Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) dapat melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dalam upaya untuk mengetahui penyebab kebakaran tersebut.
Manajer Media PT Pertamina (Persero) Wianda Pusponegoro melalui pesan singkat yang diterima ANTARA di Cilacap, Kamis, mengatakan, kondisi tangki saat ini sudah aman.
"Untuk Labfor, saya harus cek dulu," katanya.
Sementara Kepala Kepolisian Resor Cilacap, Ajun Komisaris Besar Polisi Rudi Darmoko mengatakan, Puslabfor masih menunggu rekomendasi dari Pertamina sebelum melakukan olah tempat kejadian perkara di lokasi kebakaran.
"Kami masih menunggu keterangan dari Pertamina, apakah sudah boleh masuk atau belum. Kalau sudah ada rekomendasi dari Pertamina jika semuanya siap, sudah aman, dan tidak ada bahayanya, kami siap masuk," katanya.
Disinggung mengenai para saksi mata yang diminta keterangannya, dia mengatakan, hingga saat ini belum ada penambahan jumlah saksi.
Menurut dia, jumlah saksi yang diminta keterangannya masih sebanyak 22 orang, terdiri beberapa anggota Satuan Pengamanan Objek Vital Polres Cilacap yang saat kejadian sedang bertugas di Pertamina RU IV Cilacap, petugas keamanan Pertamina RU IV, dan masyarakat sekitar yang pertama kali mengetahui adanya kebakaran.
"Kami baru sebatas meminta keterangan kepada para saksi. Keterangan tersebut diperlukan untuk membantu Puslabfor dalam melakukan olah TKP," katanya.
Selain harus melakukan audit untuk mengetahui besarnya kerugian akibat kebakaran, Pertamina bakal menghadapi tuntutan dari warga sekitar terkait kompensasi atas musibah tersebut.
Warga sekitar Pertamina RU IV Cilacap berencana menuntut kompensasi atau ganti rugi atas kebakaran yang dinilai merugikan mereka.
"Saya seorang pengusaha angkutan kota (angkot) yang memiliki garasi tepat berhadapan dengan pintu utama Pertamina. Sejak kebakaran tersebut terjadi, sembilan armada saya tidak bisa beroperasi karena seluruh jalan di sekitar Pertamina ditutup sehingga angkot saya tak bisa keluar masuk," kata Suparman (60).
Selain itu, kata dia, usaha persewaan komputer miliknya yang berlokasi di dekat garasi angkot juga tidak bisa dibuka akibat peristiwa tersebut.
Warga lainnya, Kisroni (50) mengatakan, asap hitam yang dikeluarkan saat terjadinya kebakaran tersebut meninggalkan permasalahan tersendiri.
"Warga di sini banyak yang mengeluhkan batuk-batuk akibat asap hitam tersebut. Baju yang terkena air hujan juga terdapat noda hitam yang sulit dibersihkan," kata dia yang juga Ketua RT 04 RW 01 Kelurahan Lomanis, Kecamatan Cilacap Tengah (lingkungan tersebut merupakan wilayah ring satu bahaya kebakaran Pertamina RU IV Cilacap, red.).
Menurut dia, kebakaran tersebut mengakibatkan aktitas warga sekitar Pertamina menjadi terhambat.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan dalam konferensi pers pascapemadaman, Rabu (6/4), mengatakan, pihaknya akan melakukan evaluasi lebih lanjut.
"Kami terus terang saja baru hari ini (6/4) selesai, tapi kami akan evaluasi nanti dampak lingkungan seperti apa," katanya.
Dia menolak jika proses pemadaman kebakaran di Pertamina RU IV Cilacap terkesan terlambat.
Menurut dia, kebakaran tersebut tidak hanya pada satu tangki tetapi tiga tangki.
"Dengan fasilitas yang seperti itu, 'water management', mengatur suhu, mengatur konten yang ada di dalam tangki, dan arah angin sangat memengaruhi upaya pemadaman," katanya.
Saat ditanya mengapa kebakaran pada tangki 31 T-2 merambat pada tangki lain yang konon telah dikosongkan sejak peristiwa tersebut terjadi, dia mengatakan, hal itu terjadi akibat adanya gangguan pada pipa penyaluran.
"Ketika peristiwa itu terjadi, kami berusaha mengosongkan tangki 31 T-3 dan 31 T-7, tetapi di tengah jalan pipa transportnya sudah tidak layak untuk melakukan transportasi," katanya.
Akan tetapi, dia tidak menyebutkan volume nafta yang tersisa di dalam dua tangki tersebut.
Menurut Karen, kejadian kebakaran di Pertamina Refinery Unit IV Cilacap akan menjadi bahan evaluasi yang berharga.
"Kejadian semacam ini menjadi evaluasi yang sangat berharga bagi kami dalam meningkatkan aspek HSE (Health, Safety and Environment) di setiap lini operasi kami, agar insiden semacam ini tidak terulang kembali," katanya.
Menurut dia, hal ini akan dilakukan karena industri minyak dan gas (migas) penuh risiko sehingga perlu ditata, baik dalam upaya pencegahan, perbaikan sistem, maupun upaya penanggulangan ketika terjadi insiden.
Terkait kebakaran di Pertamina RU IV Cilacap, dia mengatakan, api yang membakar tangki Pertamina RU IV Cilacap dinyatakan benar-benar padam pada pukul 17.00 WIB.
Ia mengatakan, musibah kebakaran di Pertamina Cilacap tidak memengaruhi pasokan bahan bakar minyak (BBM) nasional.
"Kami akan terus berupaya maksimal dan tetap memastikan bahwa pasokan BBM dan distribusi BBM nasional tidak akan terganggu," katanya. (www.antarajateng.com)
Langganan:
Postingan (Atom)