Pesta Pernikahan Pun Ditunda Akibat Kebakaran Pertamina

Sabtu, 09 Apr 2011 13:29:15

Oleh : Sumarwoto


Peristiwa terbakarnya tangki 31 T-2, 31 T-3, dan 31 T-7 Pertamina Refinery IV Cilacap, Jawa Tengah, menyisakan kenangan tersendiri bagi warga sekitar lokasi kilang minyak terbesar di Indonesia ini.

Berbagai kesedihan, trauma, hingga stres pun bercampur menjadi satu akibat kebakaran yang terjadi pada 2-6 April 2011.

Bahkan, sejumlah agenda warga sekitar Pertamina Refinery (RU) IV Cilacap mengalami penundaan akibat peristiwa tersebut, salah satunya yang dialami H Sudi Affandi.

Pada Kamis, 7 April 2011, seharusnya menjadi hari bahagia bagi keluarga Sudi Affandi yang hendak menggelar pesta pernikahan anak semata wayangnya, Saefudin Aji Subangun, yang menikah dengan Rista Ariyanti.

Akan tetapi, pesta pernikahan yang akan digelar di rumahnya, Jalan MT Haryono Nomor 93 Cilacap ini terpaksa ditunda pelaksanaannya rumah Sudi berada sekitar 70 meter sebelah selatan pintu utama kompleks Pertamina RU IV Cilacap dan termasuk dalam ring satu wilayah bahaya kebakaran tersebut.

"Seharusnya tadi malam (Kamis malam, red.), Pak Sudi menggelar pesta pernikahan anak semata wayangnya. Namun acara tersebut ditunda hingga tanggal 11 April 2011," kata seorang kerabat Sudi, H Jamil, di Cilacap, Jumat.

Menurut dia, penundaan tersebut dilakukan lantaran sebagian ruas Jalan MT Haryono yang berada di ring satu daerah bahaya kebakaran Pertamina RU IV Cilacap ditutup untuk umum sejak 2 April hingga 6 April 2011.

"Persiapan pesta pernikahan termasuk pemasangan tenda biasanya membutuhkan waktu selama empat hari sebelum pelaksanaan. Padahal kemarin jalan ini ditutup," katanya.

Kendati demikian, dia mengatakan, keluarga H Sudi Affandi memaklumi kondisi tersebut sehingga menunda pesta pernikahan anaknya meskipun sebenarnya undangan telah disebarkan.

Menurut dia, perubahan hari H pesta pernikahan tersebut disampaikan keluarga Sudi Affandi kepada orang-orang yang diundangnya melalui telepon maupun nasi "punjungan" (nasi dan lauk sebagai undangan, red.) kepada relasi terdekat.

Sementara itu, H Sudi Affandi mengaku mengalami kerugian jutaan rupiah akibat penundaan pesta pernikahan anak semata wayangnya ini.

"Saya sudah mengeluarkan uang muka untuk pemesanan katering dan pergelaran wayang kulit. Namun karena adanya kebakaran tersebut, pesta pernikahan anak saya terpaksa ditunda," katanya.

Meskipun demikian, dia mengatakan, peristiwa kebakaran di Pertamina diharapkan tidak terulang kembali.

Berbeda dengan Sudi Affandi yang terpaksa menunda pesta pernikahan anaknya, seorang warga Kelurahan Lomanis RT 03 RW 01, Kelurahan Cilacap Tengah, Suparman mengaku sembilan armada angkutan kota miliknya tidak bisa beroperasi akibat kebakaran di Pertamina RU IV Cilacap.

"Saya seorang pengusaha angkot yang memiliki garasi tepat berhadapan dengan pintu utama Pertamina. Sejak kebakaran tersebut terjadi, sembilan armada saya tidak bisa beroperasi karena seluruh jalan di sekitar Pertamina ditutup sehingga angkot saya tak bisa keluar masuk," katanya.

Selain itu, kata dia, usaha persewaan komputer miliknya yang berlokasi di dekat garasi angkot juga tidak bisa dibuka akibat peristiwa tersebut.

Hal yang sama juga dikeluhkan pemilik toko material (yang juga) bernama Suparman.

Menurut dia, toko material miliknya terpaksa ditutup selama kebakaran tersebut terjadi.

"Saya terpaksa menutup toko karena tidak ada pasokan material yang datang akibat ditutupnya sejumlah ruas jalan menuju Pertamina," kata dia yang juga Ketua RT 04 RW 01 Kelurahan Lomanis.

Terkait kebakaran tersebut, dia mengatakan, warga di lingkungan RT yang dipimpinnya merasa terganggu aktivitasnya.

Bahkan, kata dia, tidak sedikit warga yang mengalami gangguan pernafasan sehingga batuk-batuk.

Oleh karena itu, lanjutnya, warga berharap adanya kompensasi dari Pertamina terkait kebakaran tersebut.

Akan tetapi dia tidak menyebutkan kompensasi yang diharapkan warga dari Pertamina.

Sementara itu, pemilik kios "Amin" yang kiosnya berjarak sekitar 50 meter sebelah selatan pintu utama Pertamina RU IV Cilacap, H Jamil mengaku tidak terlalu mengharapkan kompensasi dari Pertamina atas kebakaran tersebut.

"Kebakaran kemarin merupakan sebuah musibah yang tidak bisa dihalang-halangi sehingga saya tidak terlalu mengharapkan adanya kompensasi dari Pertamina. Namun kalau memang Pertamina akan memberikan kompensasi, tidak ada salahnya diterima," katanya.

Ia mengatakan, kebakaran yang terjadi pada awal April ini tidak sebesar peristiwa sambaran petir pada 24 Oktober 1995 yang mengakibatkan terbakarnya tujuh buah tangki berukuran besar.

"Kebakaran tahun 1995 terjadinya di sana," kata dia sembari menunjuk ke arah tangki-tangki yang berada di seberang kiosnya.

Menurut dia, kebakaran pada tahun 1995 tersebut mengakibatkan sebagian besar warga Kota Cilacap mengungsi hingga luar kota, bahkan ada yang menuju Purwokerto.

Ia mengatakan, arus pengungsi besar-besaran tersebut disebabkan adanya isu gas beracun yang muncul akibat kebakaran.

"Kebetulan saat terjadinya kebakaran berbarengan dengan pembangunan kilang Parasilin, yang konon jika meledak, bakal mengeluarkan gas beracun sehingga warga beramai-ramai mengungsi," katanya.

Selain itu, kata dia, ledakan yang menyertai kebakaran di tahun 1995 tersebut mengakibatkan getaran yang sangat kuat sehingga banyak rumah warga yang plafonnya ambrol.

"Sayangnya tidak semua warga yang plafonnya ambrol menerima kompensasi dari Pertamina," katanya.

Lain halnya dengan Suwandi. Meskipun bukan warga sekitar Pertamina, dia mengatakan, seorang rekannya mengalami gangguan jiwa akibat kebakaran yang terjadi pada tahun 1995.

"Saat itu teman saya sedang berdiri menghadap ke arah tangki sehingga melihat dengan jelas sambaran petir yang akhirnya membakar tujuh tangki. Dia pun terdiam seperti orang bengong meskipun teman-temannya menariknya dan hingga sekarang dia masih mengalami gangguan jiwa," katanya.


Siagakan Puskesmas

Terkait kebakaran di Pertamina RU IV Cilacap pada 2-6 April 2011, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cilacap menyiagakan lima puskesmas di wilayah kota selama 24 jam.

"Sebenarnya di wilayah Kota Cilacap ada enam puskesmas, tapi yang disiagakan selama 24 jam hanya lima puskesmas karena yang satu diungsikan pada Sabtu (2/4) malam," kata Kepala Dinkes Cilacap, Bambang Setiyono.

Menurut dia, disiagakannya puskesmas selama 24 jam ini diharapkan dapat melayani keluhan warga yang terkena dampak kebakaran di Pertamina RU IV Cilacap.

Disinggung mengenai kemungkinan adanya pelayanan pengobatan gratis bagi warga yang terkena dampak kebakaran ini, dia mengatakan, hal itu juga telah dilakukan sejak Sabtu malam saat warga sekitar ring satu Pertamina RU IV Cilacap dievakuasi ke sejumlah titik pengungsian.

"Saat itu ada sekitar 600 warga yang mengungsi, tapi pagi harinya mereka pulang ke rumah masing-masing. Kami segera memberikan layanan pengobatan gratis bagi mereka," katanya.

Dalam pengobatan gratis tersebut, kata dia, ada sekitar 80 warga yang mengeluhkan stres dan tekanan darah tingginya naik akibat dikejutkan oleh kebakaran itu.

"Faktor pemicu stres dan tekanan darah tingginya naik ini, antara lain trauma terhadap kejadian serupa yang pernah terjadi pada tahun 1995, warga dikejutkan suara ledakan, melihat api, dan suhu udara terasa panas. Kebanyakan dari mereka sudah berusia lanjut," kata dia menjelaskan.

Ia mengatakan, petugas puskesmas juga melakukan pengobatan secara "jemput bola" dengan mendatangi rumah-rumah warga di sekitar ring satu.

Disinggung ancaman penyakit yang kemungkinan bakal banyak diderita warga akibat menghirup udara yang telah bercampur dengan asap hitam dari kebakaran tersebut, dia mengatakan, ancaman terburuk berupa infeksi saluran pernapasan (ISPA).

Akan tetapi, kata dia, gejala ISPA baru akan terlihat sekitar tiga hari terkontaminasi oleh kualitas udara yang buruk.

"Oleh karena itu, kami mendistibusikan ribuan masker untuk warga di sekitar ring satu, khususnya Kelurahan Donan dan Lomanis, untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya ISPA," katanya.

Sementara itu, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Cilacap meminta Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Pemberantasan Penyakit Menular Yogyakarta untuk melakukan uji kualitas udara dan air di Cilacap pascakebakaran Pertamina.

Sekretaris BLH Kabupaten Cilacap, Chrisna Setyowati mengatakan, pengambilan sampel udara dilakukan pada Selasa (5/4) di Kelurahan Donan, Kelurahan Lomanis, Kelurahan Gumilir, Desa Karangkandri, Desa Slarang, dan Desa Adipala.

Sementara sampel air, kata dia, dilakukan tiga lokasi, yakni Kelurahan Donan, Kelurahan Lomanis, dan Desa Adipala.

"Ada beberapa barometer yang sudah bisa diketahui, tapi ada beberapa barometer yang memerlukan waktu pengujian. Biasanya hasil uji tersebut akan diterima dalam waktu kurang lebih satu minggu, namun kami berharap dapat secepatnya," katanya.

Ia mengatakan, uji kualitas udara tersebut dilakukan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara dan Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2001 tentang Baku Mutu Udara Ambien di Provinsi Jawa Tengah.

"Untuk uji kualitas air mengacu pada PP Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air," katanya.

Disinggung mengenai tindakan yang akan diambil jika ternyata hasil uji menunjukkan bahwa kualitas udara maupun air di Cilacap pascakebakaran Pertamina berada di atas ambang mutu, dia mengatakan, BLH sesuai prosedur akan menyampaikan secara tertulis mengenai permasalahan tersebut agar segera ditindaklanjuti.

"Secara normatif akan dilakukan sesuai aturan,' katanya.


Lakukan Evaluasi

Terkait peristiwa kebakaran tersebut, Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Karen Agustiawan menyatakan, kejadian kebakaran di Pertamina RU IV Cilacap akan menjadi bahan evaluasi yang berharga.

"Kejadian semacam ini menjadi evaluasi yang sangat berharga bagi kami dalam meningkatkan aspek HSE (Health, Safety and Environment) di setiap lini operasi kami, agar insiden semacam ini tidak terulang kembali," kata Karen kepada wartawan, di Cilacap, Rabu (6/4) petang.

Menurut dia, hal ini akan dilakukan karena industri minyak dan gas (migas) penuh risiko sehingga perlu ditata, baik dalam upaya pencegahan, perbaikan sistem, maupun upaya penanggulangan ketika terjadi insiden.

Disinggung mengenai tanggung jawab Pertamina terhadap lingkungan, dia mengatakan, pihaknya akan melakukan evaluasi lebih lanjut.

"Kami terus terang saja baru hari ini selesai, tapi kami akan evaluasi nanti dampak lingkungan seperti apa," kata dia menegaskan.

Dia menolak jika proses pemadaman kebakaran di Pertamina RU IV Cilacap dinilai lambat.

Menurut dia, kebakaran tersebut tidak hanya pada satu tangki tetapi tiga tangki.

"Dengan fasilitas yang seperti itu, 'water management', mengatur suhu, mengatur konten yang ada di dalam tangki, dan arah angin sangat memengaruhi upaya pemadaman," katanya.

Saat ditanya mengapa kebakaran pada tangki 31 T-2 merambat pada tangki lain yang konon telah dikosongkan sejak peristiwa tersebut terjadi, dia mengatakan, hal itu terjadi akibat adanya gangguan pada pipa penyaluran.

"Ketika peristiwa itu terjadi, kami berusaha mengosongkan tangki 31 T-3 dan 31 T-7, tetapi di tengah jalan pipa transportnya sudah tidak layak untuk melakukan transportasi," katanya.

Disinggung mengenai pernyataan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Darwin Zahedy Saleh yang menyatakan bahwa jarak antartangki kurang ideal, Karen mengatakan, hal itu disebabkan tangki-tangki yang ini dibangun pada tahun 1974 (sejak pembangunan kilang Pertamina Cilacap, red.).

Menurut dia, pihaknya tidak mungkin mendesain ulang penempatan tangki-tangki di Pertamina RU IV Cilacap.

"Kalau didesain lagi, harus ditutup. Sekarang yang bisa kita lakukan adalah diperbaiki," katanya.

Menteri ESDM Darwin Zahedy Saleh saat mengunjungi lokasi kebakaran, Senin (4/4), mengatakan, kompleks tangki yang terbakar tersebut merupakan yang pertama dibangun di Pertamina Cilacap pada tahun 1974, kompleks tangki kedua tahun 1983, dan ketiga tahun 1989.

"Kalau kita lihat, kilang ini memang terlalu dekat (jarak) antartangki," katanya.

Disinggung mengenai kemungkinan indikasi penyebab kebakaran tersebut karena faktor usia tangki, dia mengatakan, pihaknya tidak ingin menyimpulkan seperti itu karena terlalu sederhana.

"Mengganti yang tua belum tentu benar dan yang tua belum tentu tidak baik," katanya. (www.antarajateng.com)